CERITA Hidup Ku BERSAMA Keluarga
Cahaya rembulan tampak begitu cerah dihiasi
bintang – bintang yang berkilauan. Aku
bersama keluarga menikmati malam itu di sebuah halaman. Kami bercanda dan bergurau seolah- olah kami adalah
keluarga yang paling bahagia di dunia ini. Aku bangga menjadi bagian keluarga
ini. Aku bersyukur kepada Allah SWT telah melahirkan ku di keluarga yang sangat
menyayangi ku dengan sepenuh hati. Keluarga ku adalah inspirasi dalam hidup ku.
Mereka sangat mendukung sesuatu yang
ingin aku capai. Semangat ku semakin berkobar untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi
Negeri. Cita – cita itu sudah di depan mata ku ketika kedua orang tua ku telah mengizikan aku untuk pergi merantau.
Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Oleh karena itu aku bertekad dan sungguh-sungguh agar aku menjadi anak
yang dapat dibanggakan kedua orang
tua.
Ayah
berkerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Beliau seorang petani,
kesehariannya pergi ke kebun merawat dan menjaga tanaman agar tetap tumbuh dan
berbuah dengan baik. Rasa lelah dan letih tak dikenal oleh beliau. Padahal
terlihat dengan jelas bahwa ayah begitu
lelah dan letih, namun beliau tak pernah berkata lelah atau menyerah. Kini
umurnya semakin tua, tak mungkin keluarga ku masih seperti ini. Aku harus
merubahnya dengan belajar dengan tekun esok aku yang membahagiakan mereka. Tak
rela rasanya hati ku melihat ayah membanting tulang dengan umur yang begitu
tua. Ayah engkau adalah inspiratif dalam hidup ku. Aku berjanji akan
membahagiakan ayah dan ibu. Memang sekarang aku yang selalu meminta, namun esok
aku yang akan memberi. Saat aku duduk di bangku SMA, di sekolah terbaik di
kecamatan itu. Beban ayah semakin bertambah. Setiap bulan ayah harus memberi
uang kepada ku untuk biaya hidup dan kebutuhan lainnya. Sehingga ayah berjualan
sayuran dan buah-buahan, namun tak mendapatkan hasil atau rugi. Sejak itu ayah
tak berjualan lagi, beliau lebih memilih untuk bertani saja. Akhirnya semangat ayah untuk bertani
membuahkan hasil. Cukup untuk membiayai aku sekolah di kecamatan lain.
Kepercayaan itu aku jaga agar aku dapat mencetak prestasi di sekolah. Semua
terwujub berkat kesungguhan ku.
Dulu dua minggu sekali aku pulang kerumah, tetapi
tidak pasti dua minggu terkadanng dua sampai tiga bulan aku tak pulang. Lama
perjalanan ku sekitar 2 jam untuk sampai di rumah. Sesampai di rumah aku
bergegas untuk membantu ibu di dapur, di kebun, bercocok tanam dan lain
sebagainya. Aku pun sering membantu
pekerjaan ayah, walaupun pekerjaan itu berat tapi aku tetap semangat. Demi
meringankan beban ayah. Tak heran jika orang menyebutku “ anak lanang” karena pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh anak
laki-laki namun dikerjakan oleh perempuan. Tetapi, aku tidak menghiraukan perkataan orang
tersebut. Justru aku merasa bahagia bisa membantu ayah di kebun. Walaupun
pekerjaan itu sangat berat tetapi aku merasa ringan. Tak ku biarkan ayah
kelelahan dan sendirian di kebun. Sungguh aku bahagia biasa membuat suasana
ayah di kebun yang sepi menjadi ramai. Karena keberadaan ku yang selalu
mengajak berbicara saat ayah sedang memanen buah. Semua hinaan orang aku anggap seperti angin lewat saja, karena
bukan mereka yang merasakan, tetapi aku! Aku yang merasa bahagia saat membantu
ayah. Dahulu ayah ku seorang pembisnis kayu yang sukses. Tetapi ayah sering ditipu
oleh karyawannya. Sehingga bisnisnya menjadi bangkrut. Ayah terlalu baik
menyikapi karyawannya. Padahal mereka adalah penipu. Karena uang ayah habis dan ayah tak mempunyai
modal lagi. Kemudian ayah beralih menjadi petani. Bertani merupakan aktivitas yang dilakukuan
oleh seseorang di kebun untuk merawat dan menghasilkan tanaman yang mereka
tanam. Penghasilan yang beliau terima hanya mencukupi kebutuhan sehari- hari.
Namun kami selalu bersyukur karena Allah masih memberi rezeki lain. Kami masih
bisa melihat, mendengar dan menghirup udara dengan bebas. Itu suatu kenikmatan
yang amat besar yang telah Allah berikan
kepada kami.
Masa kecil ku, ketika itu aku selalu ikut kedua
orang tua ku untuk pergi ke kebun. Aku bermain – main di sana. Saat itu aku
mulai mengukir cita-cita. Ku ukir seindah memandang langit yang terbentang
sangat luas. Di tengah ilalang yang begitu luas aku mulai melihat
keindahan alam yang begitu mempesona.
Akankah aku tetap bisa menjaganya ? hal ini menjadi inspiratif agar aku
memikirkan hutan Indonesia yang pantas untuk kita jaga. Tak ku duga tiba-tiba
langit yang begitu cerah berganti menjadi mendung. Hujan pun turun begitu deras membasahi kami yang berada di bentangan
kebun yang luas. Melawan dinginnya air hujan, aku bersama kedua orang tua ku
duduk di sebuah gubuk kecil yang telah ayah buat untuk kami beristrahat.
Sungguh saat seperti itu tak hanya sekali kami alami namun berkali-kali. Sedih
rasanya kenapa aku tak seperti mereka yang cukup di rumah saja dengan mainan
yang banyak. Kenapa aku harus ikut pergi ke kebun bersama ayah dan ibu ku.
Semua itu baru terasa dengan kemandirian dan keberanian ku menghadapi suatu pekerjaan
di sekolah, lingkungan teman dan masyarakat. Aku bangga dengan kedua orang tua
ku. Allah telah menyimpan hikmah yang amat besar dibalik kesusahan ku itu.
Tanpa pengalaman seseorang tak berani melakukan
banyak hal. Oleh karena itu pengalaman sangat penting untuk dilalui.
Ibu ku seorang ibu rumah tangga. Pekerjaannya
mengurusi kedua adik ku yang masih kecil. Setiap hari mereka pergi kesekolah.
Jam masuk yang berbeda menyebabkan ibu harus bolak-balik mengantar mereka. Beliau
juga sering membantu ayah ke kebun jika tugas mengantar dan menjemput adik ku
telah selesai. Terkadang hari pekan ibu manfaatkan untuk membersikan pekarangan rumah. Ibu sangat
rajin merawat lingkungan rumah. Dulu ibu pernah mengalami kesakitan di
pinggangnya. Setiap kali ibu duduk dan akan berdiri beliau sangat merasakan
kesakitan yang amat mendalam. Sedih hati ku ini saat itu. Sampai- sampai tak
rela jika aku tak pulang kerumah setiap hari sabtu. Di hari itu aku mencuci
pakaian yang telah dipakai selama satu minggu. Aku sedih melihat ibu terus
kesakitan. Selama enam bulan itu ibu terus sakit. Obat yang dimakan pun tak
mampu membuatnya sembuh. Beliau merasakan obat tersebut malah membuatn sakitnya
semakin parah. Suatu ketika aku menanyakan tentang penyakit ibu kepada
seseorang ahli dalam obat herbal. Aku pun diberikan saran untuk mencarikan akar
alang-alang. Kemudian direbus dengan lima gelas dan disisakan tiga gelas.
Sebaiknya diminum tiga kali sehari. Namun aku selalu lupa, di rumah aku selalu
sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Suatu ketika ibu benar-benar meminta tolong
pada ku agar membantu beliau berdiri. Aku sungguh sedih, tak rela jika ibu diberikan
kesakitan ini. Sore itu aku pergi ke lapangan sepak bola di belakang rumah ku
dengan membawa parang,. Kedua Adik ku
ikut bersama ku untuk mengambil akar alang-alang tersebut. Sebelum mencabut
alang- alang aku berdoa kepada Allah agar segera Allah temukan obat untuk ibu
ku. Aku memohon jika ini yang terbaik mohon sembuhkan penyakit ibu ya Allah.
Jikalau Engkau mengizikan jadikan akar alang-alang ini sebagai perantara obat
dari Mu untuk ibu ku. Tak lama kemudian aku mencabutnya. Sesampai di rumah
segera aku cuci akar tersebut dengan bersih. Kemudian aku rebus dengan lima
gelas air. Setelah dingin aku beriakan segelas rebusan akar alang-alang itu
kepada ibu ku. Dan kubacakan doa memohon kepada Allah agar di berikan
kesembukan. Pagi harinya tiba- tiba aku mengatakan kepada ibu bahwa tidak usah minum obat itu lagi.
Coba rutinkan minum air akar alang-alang ini. Akhirnya ibu mengembalikan obat yang belum diminum
kepada penjualnya. Satu minggu kemudian aku tanyakan kepada ibu tentang
keadaannya sekarang setelah meminum air tersebut. Ibu pun menjawab bahwa kondisinya
semakin membaik. Bahagianya aku
mendengar keadaan ibu yang semakin membaik. Sungguh saat ibu sakit aku sangat
merasa takut. Aku takut ibu sakit disebabkan oleh ku. Shalat lima waktu yang ditunda-tunda bahkan aku lalai
ya Allah. Ataukah perbuatan ku yang kurang baik. Perasaan itu selalu
menghantuhi dalam pikiran ku.
Malam semakin larut, suara jangkrik begitu keras sampai serasa
risih mendengarkannya. Suara katak yang bersahutan di kolam bawah rumah pun,
tak mau kalah. Seorang gadis kecil duduk di depan pintu menunggu kedatangan
seorang ibu, ayah, dan adik. Ia adalah kakak ku. Setiap kami pergi ke kebun ia
tidak ikut, karena ia sudah duduk di bangku SD. Sehingga ia harus pergi ke
sekolah setiap hari. Melihat raut wajahnya yang begitu sedih, aku hampiri
ia, Lalu berkata; “ mbak lagi apa di
sini ? “ kata ku dengan lirih.
Ia
menjawab; “ lama sekali pulangnya dik ? dengan nada sedih.
Aku
begitu menyayangi kakak ku walaupun ia sering marah pada ku. Wajar saja aku
sering berbuat kesalahan. Ia adalah inspiratif hidup ku. Kakak yang cerdas nan
bijaksana kini tidak tercapai semua keinginannya untuk kuliah. Aku sedih “
mengapa ia tak bisa kuliah? Mengapa
tidak Engkau kabulkan cita-citanya ? Mengapa ya Allah ?
Kini
Engkau menakdirkan yang ia tidak suka waktu itu. Tetapi aku selalu berdoa
untuknya agar selalu diselimuti kebahagiaan dalam hidup. Kegagalan ia dalam
mencapai cita-citanya membuat ku maju untuk memperjuangkan martabat keluarga
ku. Memajukan dan merubah kehidupan keluarga agar lebih baik. Tidak buta akan
pendidikan dan tidak buta dari ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat. Kegagalan
itu ku jadikan motivasi untuk menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Siang dan malam selalu terbayang kata beliau bahwa terus jalani apa yang telah
Allah takdirkan pada mu. Seseorang yang menanam tak pasti memanen buah yang
baik. Oleh karena itu bersabar dengan apa yang engkau dapat sekarang. Suatu
saat nanti kamu pasti akan memanen buah yang baik.
Aku anak ke dua dari empat bersaudara. Oleh
karena itu aku menjadi tumpuan buat adik-adik ku. Seharusnya kakak yang menjadi
tumpuan bagi kami. Kegagalan meraih cita-citanya membuat ku harus maju. Untuk
memperbaiki kegagalan tersebut. Kini aku harus menjadi kakak yang bermanfaat
dan memberi contoh yang lebih baik. Adik-adik ku adalah inspiratif ku. Mereka
adalah permata dunia untuk masa depan Indonesa lebik baik. Sehingga aku wajib membawa mereka ke
pendidikan yang lebih tinggi. Agar kami melaksanakan tugas sebagai khalifah di
dunia ini. Menuntut ilmu telah Allah perintahkan. Kewajiban sebagai manusia pun
harus di laksanakan. Beribadah dan mengharap ridho Allah agar kami bahagia di
dunia dan di akhirat kelak. Adik-adik ku butuh contoh yang baik. Oleh karena
itu aku, aku yang akan menjadi contoh yang baik untuk mereka. Kesungguhan ku
dalam menuntut ilmu di sini untuk mereka. Mereka yang akan mengikuti langkah
kesuksesan ku. Begitu pula kebanggaan orang tua akan prestasi dan pengalaman ku
semasa kuliah akan ku persembahkan nanti saat waktunya tiba. Aku ingin
adik-adik ku nanti menjadi orang-orang yang sukses. Maka aku sebagai kakak
harus berjuang lebih keras lagi demi mereka. Agar mereka mampu beradaptasi
dengan perkembangan zaman ini.
Saat aku sedang duduk di bangku SMA. Ketika
itu aku menjadi seseorang yang penakut. Takut jika berada di depan, untuk
menyampaikan sebuah pendapat. Takut jika tidak belajar, karena kakak selalu
memarahi ku. Dulu aku Tiada hari tanpa belajar. Semua terasa sangat berat namun
pada akhirnya menghasikan sesuatu yang membanggakan. Aku selalu mendapatkan
juara pertama di kelas. Rasa takut ku padanya,
kini mengandung hikmah yang begitu amat besar. Aku rindu seorang
inspirator itu. Rasa bangga, rasa
bahagia, dan percaya diri tertanam dalam jiwa ku. Aku bangga dengan kakak ku.
Ia selalu mengajari ku bukan hanya dalam hal akademik. Suatu hari aku bersama
ibu ku sedang berada di dapur. Ketika itu ibu sedang memasak sementara kakak ku
sedang bersekolah. Ibu bercerita bahwa kakak ku sangat pandai memasak tanpa
harus ibu ajari. Aku ingin sepertinya , tapi aku tak pernah mencoba. Waktu demi
waktu telah aku lewati bersama kakak ku di sebuah kosan. Di sana lah tempat
kami berbagi pengetahuan. Akhirnya kelas sebelas aku telah pandai memasak.
Berawal dari belajar menumbuk cabai dan memarut kelapa. Walaupun rasa dan
bentuknya tak sesuai. Aku tetap bejuang untuk belajar memasak. Tak letih kakak
ku mengajari ku pagi dan sore. Saat itu kakak meminta ku untuk memperhatikan.
Akhirnya aku berhasil aku bisa memasak. Namun tidak secepat itu, banyak sekali
rintangan yang membuat ku semakin penasaran akan indahnya berpetualang di dunia
dapur. Semua berawal dari keinginan yang begitu mendalam. Sungguh- sungguh
dalam melakukan sesuatu yang kita inginkan pasti akan membuahkan hasil yang
diharapkan. Tetapi tak secepat waktu yang kita inginkan. Percaya bahwa Allah
SWT akan mengabulkan jika kita berusaha.
Aku adalah seseorang yang butuh inspirasi
dalam hidup. Tanpa inspirasi hidup ku mati. Aku sangat butuh seorang inspirator
yang baik. Seperti mereka yang telah membahagiakan dan mendorong ku untuk lebih
maju. Mereka adalah keluarga ku. Keluarga yang sangat aku sayangi dan aku
cintai. Inspirasi itu tidak hanya berbentuk kelembutan dan kasih sayang . melainkan
juga berbentuk ancaman. Ancaman itu aku jadikan motivasi untuk terus melangkah
menuju kedepan. Menjadi yang terbaik untuk keluarga dan negara. Menjadi yang
terbaik bukan suatu hal yang mudah bagi ku. Seperti halnya nilai yang buruk
membuat ku lemah. Aku merasa tak mampu
melakukan atau memenuhi syarat tersebut. Jika
aku menyerah maka aku tak akan tahu
di mana kekurangan ku. Jika aku
berhenti di sini itu suatu hal yang amat bodoh. Hidup di dunia memang harus
terus kita jalani, ada kegagalan dan selalu berakhir dengan kesuksesan. Semua
ketidaktahuan ku bukan akhir segalanya tetapi akan ku jadikan semangat baru
untuk menjadi lebih baik. Terus mencari dan bertawakal untuk mencapai hidup
bahagia. Aku harus maju, jangan jadikan
yang buruk itu untuk merusak yang lain. Hingga kini aku seperti lebah yang
selalu mencari bunga. Terus mencari bunga untuk bertahan hidup. Madu yang baik
itu akn terus dicari untuk melengkapi nutrisi dalam tubuh. Begitupun aku yang
terus berjuang untuk bertahan hidup dan beradaptasi di sini. Kehidupan keluarga
akan semakin cerah atas pengalaman dan pekerjaan ku. Pendidikan yang tinggi
akan membawa saudara ku mengenal ilmu pengetahuan yang belum pernah mereka
ketahui. Aku akan berbagi tentang pengalaman ku kepada saudara-saudara ku.
Kewajiban itu aku jadikan semangat hidup dalam mencapai cita-cita. Kegagalan
dalam ujian bukan suatu hal yang harus kita takuti.Tetapi dengan kegagalan itu
kita dapat menjadikan motivasi untuk
lebih baik dari kemarin.
Kini aku adalah seorang mahasiswa Institut
Pertanian Bogor. Beliau mengenalkan IPB kepada ku. Banyak hal yang beliau
sampaikan salah satunya, yaitu beliau
mengatakan bahwa IPB adalah universitas
terbaik di Asia, terkenal di mancanegara. Mendapat urutan ke empat dari
banyaknya negara dalam bidang pertanian. Beliau adalah guru ku yang mendukung
ku untuk kuliah di IPB. Tiba waktunya pendaftaran SNMPTN. Tanpa keraguan aku memilih
IPB sebagai universitas yang pertama. Adapun prodi yang aku pilih yaitu yang
pertama Fakultas Kedokteran Hewan dan yang ke dua Fakultas Kehutanan departemen
Teknologoi Hasil Hutan. Waktu terus berlalu membawa ku untuk siap menghadapi
pengalaman baru. Aku ingin masuk di Fakultas Kedokteran Hewan. Jikalau aku tak
dapat masuk di fakultas itu aku harus masuk di IPB. Sempat bingung fakultas apa yang banyak
peluangnya untuk kami yang berasal dari desa. Akhirnya aku memilih Fakultas
Kehutanan Departemen Teknologi Hasil Hutan. Fakultas ini di usulkan oleh salah
satu guru ku yang juga mendukung ku untuk kuliah di IPB. Beliau mengatakan yang
penting kamu masuk dulu di IPB masalah jurusan nanti, pasti kamu akan
menyukainya. Aku semakin yakin bahwa IPB adalah universitas terbaik dan aku
harus berada di sana untuk menempuh S1. Sambil menunggu pengumuman aku
mendaftar Politeknik seluruh Indonesia
dan SBMPTN. Suatu ketika, sepulang dari mendaftar ayah menjemput ku.
Beliau mengatakan tidak usah daftar di
mana- mana, ayah yakin bahwa aku pasti masuk di IPB. Keyakinan beliau membuat
aku semakin percaya diri dan bersemangat untuk siap menuju ke Bogor. Sebelum pengumuman aku selalu berdoa ke pada
Allah SWT agar memberi yang terbaik di antara fakultas yang aku pilih. Pengumumna
akan diumumukan pada pukul 12.00 am. Hati ini semakin berdebar, namun telah aku
lapangkan hati ini untuk menerima takdir yang Allah berikan kepada ku. Jantung
ini semakin berdebar dengan kencang menunggu hasil pengumuman. Detik demi detik
telah berlalu kini tiba waktunya. Sementara aku masih takut “ siapkah aku
melihatnya ? “
Akhirnya
aku beranikan diri untuk membuka pengumuman itu. Proses itu tak berjalan dengan mudah. Faktor
jaringan membuat ku sulit untuk menghubungkan ke internet. Namun aku tetap
bersabar, maklumlah di desa. Setelah lama kemudian aku berhasil membukanya. Ku
lihat tampilan yang berwarna hijau dengan kata –kata “ Selamat Anda dinyatakan
Lulus SNMPTN 2014 di INSTITUT PERTANIAN BOGOR ( IPB ) “ Rasa
bahagia yang begitu mendalam ku peluk ibu sambil berkata “mama aku masuk di
IPB. “ Tiba-tiab-tiba ibu menangis “ kenapa mama menangis.” Kata ku ( ibu tidak
menjawab). Beliau menangis terisak-isak seoalah tak rela jika anaknya akan jauh
darinya. Lalu ku bacakan isi pengumuman tersebut.
No
pendaftaran : 4140210624
Nama
Siswa : NEVI VENI RIANTIN
Asal
Sekolah : SMAN 1 SUNGAI LILIN, KAB
MUSI BANYU ASIN
Program
Studi : TEKNOLOGI HASIL HUTAN
Fakultas : KEHUTANAN
Ketika
itu ibu berkata; “lho nduk mama kira kamu masuk Fakultas Kedokteran Hewan , ya
Allah” sambil menangis.
“Kenapa
ma?”sahut ku
Ibu
tidak menjawab. Ku tanyakan kembali ;“ Lalu bagaimana ma? Berangkat atau tidak
?” aku semakin bingung dengan tangisan ibu. Tak lama kemudian ibu menjawab.
“ Iya
mungkin ini yang terbaik buat kamu nduk mama sudah berdoa suapaya kamu diberikan
yang terbaik, ternyata Allah menakdirkan ini.” Sambil menangis
Pada
waktu itu ibu sedang makan siang , sampai- sampai beliau tunda makannya dan meletakkan
piringnya di lantai. Beliau terus menangis, tangisan ibu semakin membuat aku
bingung.
Aku pun
berkata; “ Iya ma , sudah jangan menangis untuk sukses tidak harus jadi dokter kan?
Berikan kepercayaan kepada ku agar aku semakin yakin untuk menempuh S1 Fakultas
Kehutanan di IPB. “ dengan menundukkan
kepala.
Kemudian
ibu menjawab ; “ Iya berangkat nduk, mama selalu berdoa semoga Allah selalu
meridhoi kamu, jangan nakal jangan buat orang tua kecewa. “ menasihati ku.
Hari
semakin petang aku menunggu ayah pulang dari kebun. Bersama ibu aku menyiapkan
makan malam untuk keluarga. Ayah pasti sangat lelah sehingga aku harus segera
menyiapkan makanan di meja makan. Lama sekali ayah datang. Saat itu ibu memberi
kabar saudaranya bahwa aku lulus SNMPTN di Institut Pertanian bogor (IPB).
Saudara ibu merasa bahagia dengan keberhasilan ku. Mereka mendukung ku untuk
kuliah di sini. Nasihat juga mereka
sampaikan kepada ku. Amanah itu harus aku jaga agar aku tak mengecewakan
kedua orang tua ku. Dalam hati ini sudah terbesit bahwa aku harus menjadi lebih baik. Akan ku buang semua hal buruk dan
ku jadikan pelajaran hidup. Tak lama kemudian ayah datang. Segera aku sampaikan
kabar yang tidak benar bahwa aku tidak lulus SNMPTN. Beliau hanya tersenyum
manis seolah beliau tau bahwa aku sedang berbohong. Beliau berkata : “ Masak
tidak lulus? “ dengan senyuman.
Tiba
tiba aku tertawa ;“ Hahahahahhaha!!! “ dengan penuh bahagia. “ Iya aku lulus
masuk Institut Pertanian Bogor pak, hehehe “ dengan penuh gembira.
Ayah
menjawab ; “ Bapak sudah tau kalau kamu bakalan masuk di IPB, dari awal kan
bapak kan sudah bilang tidak usah daftar-daftar lagi” dengan penuh bangga.
“ Tapi,
aku masuk di Fakultas Kehutanan pak “ agak kecewa.
“ lho
katanya daftar dikedokteran “ terkejut.
“ Iya ,
aku masuk diprodi ke dua pak “ dengan sedih.
“ iya
sudah tidak apa –apa, kapan mau berangkat ke Bogor ? “ sahut ayah.
“ ???? “
bingung
Rasa
bangga kedua orang tua ku ada terselip sedikit harapan yang tak terwujud.
Mereka menginginkan aku masuk di Fakultas Kedokteran Hewan. Tapi Allah
menakdirkan lain. Aku tetap bersyukur karena aku lulus SNMPTN , sementara
sahabat-sahabat ku tidak lulus. Rasa kasihan terbesit dalam hati ku. Namun
kegagalan mereka pula akan ku jadikan motivasi untuk berjuang di tanah rantau. Pulang nanti akan
ku ceritakan semua pengalaman ku di IPB. Akan ku bagikan ilmu pengetahun yang
aku dapatkan di sini. namun takkan ku ceritakan kesedihan yang menerpa ku
karena sering kecewa dengan nilai yang dihasilkan. Di samping itu juga aku
mampu mendapatkan nilai yang tinggi dimata kuliah yang lain. Tetap semangat
pasti Allah akan memberi jalan yang terbaik. Aku selalu menanamkan keyakinan
dalam hati bahwa Allah telah menakdirkan ku berada di sini pasti Allah aka
memberi jalan. Ketika aku berjumpa dengan kesulitan. Allah pula lah yang akan
melancarkan perjalanan ku untuk menempuh S1 ini. Terimakasih ayah, ibu, kakak,
adik-adik ku, guru dan sahabat ku yang telah mendukung ku untuk kuliah di IPB.
Bertahan
di tanah rantau seorang wanita itu besar risikonya. Oleh karena itu aku harus
selalu mengingat amanah ibu dan ayah. Agar tetap menjaga harga diri ku dan
keluarga. Bukan hanya harga diri tetapi harus mampu menjaga tubuh agar tidak
rusak oleh keburukkan.
Bogor adalah kota hujan. Kota yang sering
sekali turun hujan. Bahkan saat kemarau di Indonesia Bogor tetap hujan. Oleh
karena itu, bagi mahasiswa Institut Pertanian Bogor membawa payung saat kuliah
itu hukumnya wajib. Hujan turun tidak terduga membuat kami sadar akan
pentingnya payung. IPB menyediakan asrama bagi mahasiswa baru bertujuan untuk
saling mengenal satu sama lain karena kita semua berasal dari berbagai daerah
di Indonesia. Mempermudah kita untuk bertempat tinggal dan letaknya yang tak
begitu jauh dari tempat kuliah. Walaupun kami tinggal di gedung A5, kami tetap
bersemangat. Gedung A5 letaknya cukup jauh dari CCR. Butuh waktu 15 menit untuk
sampai di CCR. Setiap hari kami berjalan menuju kesana. Terkadang kami pergi
naik sepeda jika tempat peminjaman sepeda sudah dibuka. Namun jarang kami
lakukan karena kuliah masuk pukul 07:00 sementara tempat peminjaman sepeda buka
pukul 08:00. Semua itu tidak menjadikan kami lemah atau tak bersemangat.
Kami tetap bersemangat berjalan setiap hari.
Bersyukur karena masih diberikan kemampuan berjalan oleh Allah SWT. Ku jalani
hidup ini dengan penuh keikhlasan, walaupun terkadang aku selalu merasa tidak
nyaman dengan teman sekamar. Tetapi aku
harus tetap bertahan di sini demi adik –adik ku yang akan menempuh pendidikan
yang lebih tinggi. Kegiatan di IPB ini yang aku sukai yaitu ketika menghadiri
seminar orang –orang hebat. Minggu itu aku menghadiri seminar Extravaganza di
Auditorium rektorat A.H. Nasution. Banyak hal yang aku dapatkan di sana. Mempunyai
jwa pembisnis itu dapat berawal dari hobi dan kesederhanaan seseorang. Pada
waktu itu motivatornya berhasil dalam ekspor ikan hias keluar negeri. Dengan
penghasilan yang begitu besar sampai- sampai beliau mempunyai dua mobil dan
tiga apartemen. Sungguh Allah maha pemberi. Motivator berikutnya yaitu hobi
bermain game sehingga beliau
mengumpulkan orang-orang yang hobi
bermain game. Di sini lah beliau mempunyai ide
untuk membuat kelompok game . mereka
membuat game dan menjualnya untuk
memperoleh penghasilan. Kesungguhan mereka dalam menjalankan bisnis itu
menghasikan sesuatu hasil yang amat besar. Getar hati ku, serasa ingin segera
menemukan takdir yang terbaik untuk ku. Agar aku tahu mau jadi apa sebenarnya
diriku ini. Sekarang aku sedang mencari dan berusaha untuk bisa menjadi
orang-orang hebat seperti mereka.
Sungguh di IPB ini banyak orang-orang hebat yang patut di contoh.
Saat aku kuliah mata pelajaran pendidikan
agama islam. Jiwa ini begitu amat tenang seolah sedang berada dalam pangkuan
pencipta. Aku mengagumi dosen yang bernama bapak Achmad. Beliau amat patut di
contoh, baik keluarganya maupun perilakunya. Sungguh aku ingin memiliki
saudara- saudara yang hebat seperti mereka. Keinginan ku untuk menghadiri
pengajian beliau belum tercapai. Karena aku kuliah pagi. Sehingga tak pernah
sempat untuk menghadiri pengajian beliau. Semoga kelak aku memiliki keluarga
baru dan keluarga ku sekarang menjadi seperti keluarga beliau. Semua anaknya
menjadi orang yang hebat. Aku ingin seperti mereka yang meneruskan kuliah S2 dan
S3 di luar Negeri. Bagaimana agar aku bisa seperti mereka?
... DAN
SEKARANG AKU SEDANG MENEMPUH S2 DI UNIVERSITAS YANG SAMA.
cerita ini baru sempat diposting, sudah berlalu 3 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar