Selasa, 27 Februari 2018

Feedstocks For Biodiesel Production

Secara global potensi bahan baku biodiesel yang dapat diperbarui terdiri dari minyak nabati (edible dan non-edible), minyak dan lemak hewani, limbah,  produk sampingan dari limbah susu dan minyak yang (edible), serta lemak jenuh dan lemak tidak jenuh yang bervariasi berdasakan rantai karbonnya. Adapun kriteria  minyak nabati, yaitu ketersediaan, biaya, kualitas minyak (komposisi) dan umur simpan produk. Indikator kualitas bahan baku terdiri dari nilai asam, nilai anisidin, kandungan minyak, kandungan asam lemak bebas (FFA), konten kelembaban, nilai saponifikasi, materi yang tidak dapat diprediksi, P konten, dan komposisi asam lemak.
            Palem, Minyak kelapa dan daging sapi meningkatkan komponen asam lemak jenuh sekitar 50% atau lebih dari total asam lemak. Minyak kelapa menghasilkan lebih banyak gliserol (13,5%) dibanding kebanyakan minyak dan lemak lainnya. Minyak Buah kelapa sawit dan alpukat merupakan sumber alternatif minyak untuk minyak sayur, serta memiliki keuntungan yang lebih tinggi per hektar dan biaya ekstraksi minyak yang lebih rendah. Potensi bahan bakar dari minyak nabati, yaitu  jagung, gmelina, labu labu, kacang polong, kacang tanah, biji bunga matahari, palem, kedelai, dan biji kapas. Faktor  seperti geografi, iklim, dan ekonomi menentukan potensi Minyak nabati dalam penggunaan biodiesel.
            Negara Indonesia memiliki Biomassa air, salah satunya mikroorganisme yang terdiri dari makroalga dan ikan. Data 2008 Minyak ikan  dapat diekstraksi dari ikan hiu seperti ikan teri, lele, belut, sarden, hiu, cumi, tuna, lumba-lumba, dan ikan paus.  Minyak ikan mengandung asam lemak tinggi, trigliserida, fosfolipid, gliserol eter, ester lilin dan fatty alcohols. Minyak ikan sering ditandai dengan asam lemak rantai panjang (VLCFA). Rendering adalah proses yang paling umum untuk mengekstrak minyak yang dapat digunakan dari limbah ikan. Minyak ikan memiliki khasiat yang berharga untuk pakan ternak, akuakultur, farmasi dan kosmetik, dan biasanya bernilai lebih dari biodiesel. Salah  satu faktor yang perlu diperhatikan adalah masa simpan minyak ikan. Karena dari tingkat tinggi asam lemak omega-3 rantai panjang, minyak ikan mudah teroksidasi..
            Bahan baku biodiesel yang non-edible, yaitu alga dan Biji Jarak. Alga ( Makro dan mikroalga) adalah produk akuakultur yang bisa ditemukan di laut dan lingkungan air tawar. Alga bisa menjadi bahan baku biodiesel  yang menjanjikan karena hasil asam lemak pada luas area unit adalah 15-20 kali lebih tinggi dari pada kelapa sawit dan lebih 200 kali lebih tinggi dari kedelai. Biomassa alga mengandung karbohidrat, protein dan minyak alami. Alga berpotensi menyediakan berbagai jenis biofuel terbarukan, yaitu: bio-hidrogen diproduksi secara biologis, metana dari termal gasifikasi atau pencernaan anaerobik, bioetanol dengan fermentasi, bio-minyak dengan pirolisis dan biodiesel dengan fermentasi heterotrofik, serta pembangkit listrik dengan pembakaran.
            Biji jarak adalah tanaman non-edible yang mengandung racun. Minyak yang mengandung zat beracun akan menjadi kandidat yang baik untuk masa depan di seluruh dunia dalam produksi dan pasokan minyak nabati untuk industri biodiesel. Selain itu, minyak-minyak yang non-edible lainnya, yaitu minyak tengkawang (Shorea robusta), Minyak biji karet (Hevea brasiliensis), minyak biji nagasari atau mangis-manggisan (Mesua ferrea L), dan minyak biji kokam (Garcinia indica) yang dapat diproduksi ekonomis dengan sistem yang berkelanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadwal Bus Mgi Bandung-Leuwiliang dan sebaliknya

Temen2 saya sedikit berbagi mengenai Jadwal Bus Mgi dari leuwiliang menuju ke bandung ataupun bandung menuju leuwiliang. -Bus Mgi dari band...