Secara global potensi bahan baku
biodiesel yang dapat diperbarui terdiri dari minyak nabati (edible dan non-edible), minyak dan lemak hewani, limbah, produk sampingan dari limbah susu dan minyak
yang (edible), serta lemak jenuh dan
lemak tidak jenuh yang bervariasi berdasakan rantai karbonnya. Adapun kriteria minyak
nabati, yaitu ketersediaan, biaya, kualitas minyak (komposisi) dan umur simpan
produk. Indikator kualitas bahan baku terdiri
dari nilai asam, nilai anisidin, kandungan minyak, kandungan asam lemak bebas
(FFA), konten kelembaban, nilai saponifikasi, materi yang tidak dapat
diprediksi, P konten, dan komposisi asam lemak.
Palem, Minyak kelapa dan daging sapi meningkatkan
komponen asam lemak jenuh sekitar 50% atau lebih dari total asam lemak.
Minyak kelapa menghasilkan lebih banyak gliserol
(13,5%) dibanding kebanyakan minyak dan lemak lainnya. Minyak Buah kelapa sawit dan alpukat merupakan sumber
alternatif minyak untuk minyak sayur, serta memiliki keuntungan yang lebih
tinggi per hektar dan biaya ekstraksi minyak yang lebih rendah. Potensi bahan bakar dari minyak nabati, yaitu jagung, gmelina, labu labu, kacang polong,
kacang tanah, biji bunga matahari, palem, kedelai, dan biji kapas.
Faktor seperti
geografi, iklim, dan ekonomi menentukan potensi Minyak nabati dalam penggunaan
biodiesel.
Negara Indonesia memiliki Biomassa air, salah satunya mikroorganisme
yang terdiri dari makroalga dan ikan. Data 2008 Minyak ikan dapat diekstraksi dari ikan hiu seperti ikan
teri, lele, belut, sarden, hiu, cumi, tuna, lumba-lumba, dan ikan paus. Minyak ikan mengandung asam lemak tinggi,
trigliserida, fosfolipid, gliserol eter, ester lilin dan fatty alcohols. Minyak
ikan sering ditandai dengan asam lemak rantai panjang (VLCFA). Rendering adalah
proses yang paling umum untuk mengekstrak minyak yang dapat digunakan dari
limbah ikan. Minyak ikan memiliki khasiat yang berharga untuk pakan ternak,
akuakultur, farmasi dan kosmetik, dan biasanya bernilai lebih dari biodiesel. Salah
satu faktor yang perlu diperhatikan
adalah masa simpan minyak ikan. Karena dari tingkat tinggi asam lemak omega-3
rantai panjang, minyak ikan mudah teroksidasi..
Bahan baku biodiesel yang non-edible, yaitu alga dan Biji Jarak. Alga ( Makro dan mikroalga)
adalah produk akuakultur yang bisa ditemukan di laut dan lingkungan air tawar.
Alga bisa menjadi bahan baku biodiesel yang menjanjikan karena hasil asam lemak pada
luas area unit adalah 15-20 kali lebih tinggi dari pada kelapa sawit dan lebih
200 kali lebih tinggi dari kedelai. Biomassa alga mengandung karbohidrat,
protein dan minyak alami. Alga berpotensi menyediakan berbagai jenis biofuel
terbarukan, yaitu: bio-hidrogen diproduksi secara biologis, metana dari termal
gasifikasi atau pencernaan anaerobik, bioetanol dengan fermentasi, bio-minyak
dengan pirolisis dan biodiesel dengan fermentasi heterotrofik,
serta pembangkit listrik dengan pembakaran.
Biji jarak adalah tanaman non-edible yang mengandung racun. Minyak yang mengandung zat
beracun akan menjadi kandidat yang baik untuk masa depan di seluruh dunia dalam
produksi dan pasokan minyak nabati untuk industri biodiesel. Selain itu,
minyak-minyak yang non-edible lainnya,
yaitu minyak tengkawang (Shorea robusta),
Minyak biji karet (Hevea brasiliensis),
minyak biji nagasari atau mangis-manggisan (Mesua
ferrea L), dan minyak biji kokam (Garcinia
indica) yang dapat diproduksi ekonomis dengan sistem yang berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar